Sabtu, 13 Agustus 2011

Otak Super Milik Kita

BY JUDHIANTO ⋅ AGUSTUS 13, 2011 ⋅

Anda tahu Asimo? Asimo
adalah
singkatan
dari
Advanced Step in Innovative MObility. robot
buatan
Honda
yang
dirancang
untuk bergerak
dengan
cara
bagaimana manusia bergerak. Robot ini dirancang dengan biaya jutaan dolar hanya untuk meniru salah satu kebisaan manusia, yaitu bergerak. Ia dilengkapi dengan otak komputer yang berisi program canggih yang mampu membantunya bergerak luwes. Mahal amat? Apa memang serumit itu bergerak? Ya memang rumit untuk bisa menirukan manusia. Untuk bisa bergerak dengan baik, Asimo harus melakukan jutaan perhitungan tiap detik. Ia harus menghitung lintasan yang akan diambilnya, tenaga yang harus dikerahkan pada beberapa motornya, pergeseran titik berat yang diakibatkan oleh gerakannya, kondisi medan yang dilaluinya dan beragam variabel-variabel lainnya. Apakah dengan otak komputer itu Asimo benar-benar sudah bisa seperti manusia? Ternyata belum. Ia bergerak seperti anak kecil yang canggung. Jauh dibandingkan dengan gerakan kita kalau berjalan. Untuk bisa menirukan kita lebih sempurna, masih banyak lagi variabel yang harus dimasukkan. Misalnya: cara kita berjalan juga ditentukan dalam keadaan bagaimana
kita berjalan. Sebagai contoh: dalam melintasi medan yang sama kita berjalan gagah bila pacar ada disamping kita, agak menunduk sopan bila calon mertua ada juga atau bahkan terbirit-birit sambil sibuk menutup sana sini bila ternyata baru kita sadari kalau kita tak bercelana…. Asimo belum sampai level ini. Apa Kita Serumit Itu? Kalau untuk bergerak saja butuh serumit itu, bagaimana dengan proses lainnya? Andaikan kita menggunakan otak komputer, setiap detik kita melakukan
jutaan bahkan milyaran perhitungan bahkan disaat kita tidak melakukan apa-apa. Pada saat diam-pun otak perlu mengontrol sistem pendukung hidup kita seperti bernafas, distribusi darah dan nutrisi ke seluruh sel kita, memonitor jutaan syaraf perasa disekujur tubuh kita dan berbagai pengendalian yang tidak kita sadari. Mengapa Kita Tidak Sadari? Otak manusia bekerja dengan cara yang efektif. Apa yang kita anggap sebagai pikiran sadar kita sebenarnya hanya sebagian
kecil dari apa yang sedang diproses diotak kita, yang lainnya berlangsung tanpa kita sadari. Pikiran
sadar
kita
layaknya
seorang
bos yang
mempunyai
bawahan
super
pandai
yaitu otak
bawah
sadar. Sebagai bos yang efektif, ia tidak mau tahu detil tetek-bengek yang rumit. Ia hanya ingin informasi yang penting dari bawahannya. Saat memberikan perintah, ia juga tidak mau repot dengan detil, biarlah semuanya ditangani bawahannya yang super pandai. Sebagai contoh: saat ada orang lain mendekati kita, mata kita memberikan masukan vsual, serangkaian gambar mentah. Otak segera melakukan proses pengenalan gambar. Apakah yang mendekat seekor kuda atau sesosok manusia. Jika manusia, otak segera mencari ciri-ciri khasnya dan mencari di database kita siapa dia. Dari gerakannya otak juga meramalkan dia mau apa? Proses rumit itu berlangsung di otak bawah sadar. Otak sadar kita hanya diberi tahu bahwa si A sedang mendekati kita dengan tersenyum. Otak sadar kita juga diberi tahu bahwa
dari rumor yg kita dengar sebelumnya, si A berusaha merebut pacar kita. Kita cukup perintahkan ke otah bawah sadar kita: pura-pura kesandung saja biar minuman di gelas yang kita pegang bisa kita siramkan ke A. Otak bawah sadar segera mengkoordinasikan ribuan otot kita bergerak seolah-olah kita tersandung dan menyiramkan minuman kita ke si A. Sambil tentunya juga memerintahkan ribuan otot di wajah kita untuk menampilkan wajah terkejut…. Otak sadar tidak mau tahu otot mana saja yang harus berkontraksi dan dalam urutan bagaimana. Itu urusan teknis yang gak penting, yang penting puas… Adakah Yang Menyadari Detil
Yang Rumit? Secara umum kita tidak bisa mengakses detil perhitungan yang dilakukan oleh otak bawah sadar kita. Tetapi pada kasus tertentu ada orang yang mampu mengakses langsung detil yang rumit tersebut. Pada orang yang menderita sindrom savant, mereka seolah-olah mempunyai akses langsung ke beberapa detil perhitungan rumit tersebut. Anak teman saya misalnya bila diberitahu sebuah tanggal, akan segera tahu hari apa itu, senin atau hari lainnya, walau tanggal itu seratus tahun yang lalu. Beberapa catatan spektakuler para savant dapat kita cari di internet, ada yang seperti kalkulator super yang mampu menghitung bilangan luar biasa besarnya dalam sekejap, ada yang mampu mengingat detil isi ribuan buku, ada yang mampu membuat patung atau lukisan dengan detil luarbiasa atas obyek yang baru mereka lihat dalam sekejap. Apa mereka menjadi manusia unggul? sayangnya tidak. Dari catatan wikipedia, 50% dari mereka adalah penderita autis yang lainnya mempunyai masalah mental dan kejiwaan. Otak mereka tidak bekerja dengan efektif. Pada sebagian besar orang, pikiran sadar meninggalkan semua detil tersebut di otak bawah sadar dan hanya mengambil kesimpulan yang penting untuk mengambil kesimpulan atau tindakan berikutnya. Pada orang autis, detil perhitungan itu membanjiri pikiran sadar mereka, membuat pengambilan keputusan menjadi jauh lebih rumit. Kebanyakan para savant mengalami kesulitan berinteraksi secara sosial, dan itu harga yang harus dibayar oleh kemampuan super mereka. Bisakah Dengan Sadar
Mengakses Otak Super Kita? Secara teoritis, semua orang mempunyai kemampuan otak super tersebut, akan tetapi untuk keperluan praktis, ada sekat yang menghambat alam sadar kita mengakses langsung kemampuan super tersebut. Seorang
ilmuwan
Australia
Allan
Snyder
mengembangkan sebuah
stimulator
magnetik
otak yang membuat
kita
mampu
mengakses
kemampuan
super tersebut. Pada sebuah artikel di New York Times: Savant for a Day , dalam pengaruh stimulator magnetik otak, seseorang yang tidak mempunyai kemampuan menggambar menjadi seseorang yang mampu menggambar dengan detil dan akurasi yang luar biasa. Kemampuan ini luar biasa, tetapi di saat yang sama, beberapa kemampuan normal manusia menjadi terganggu. beberapa orang menjadi kehilangan kemampuan berbahasa dan beberapa ekses yang tak terduga. Masih mengejar kemampuan super?
Sumber: nontondunia.com/2011/08/13/otak-super-milik-kita/

0 comments:

Posting Komentar